Teks Pidato_Tema "Ayah" ألسّلام عليكم ورحمة الله وبركاته بسم الله الرّحمن الرّحيم, ألحمد لله ربّ العالمين, وبه نستعين, وعلى أُمُوْرِالدُّنْيَا وَالدِّيْنِ. والصّلاة والسّلام على أَفْصَحِ اللِّسَانِ وَخَيْرِ الْأَنَامِ سَيِّدِنَا وَمَوْلَنَا وَحَبِيْبِيْنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ, أَمَّا بَعْدُ. 1. Hadrotul muhtaromin, para alim-ulama’, para masyayikh (para sesepu) wabil khusus KH. Mashudi Abdul Aziz beserta keluarga besar selaku pengasuh Yayasan/Pon. Pes. Al-Anwari اللّذي سمعنا وأطعنا 2. Yang kami ta’dzimi; Kepala Madrasah Diniyah Al-Anwari Dra. Nyai Faizah dan dewan asatidz wal asatidzah 3. Yang kami hormati; dewan juri Lomba Pidato pada Haflatul Imtihan Madrasah Diniyah Al-Anwari, dan 4. tak lupa teman-teman senasib seperjuangan yang sayangi, serta para hadirin-hadirat yang berbahagia. Puji syukur kita haturkan ke Hadirat Allah swt. yang telah melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya sehingga kita dapat hadir dan berkumpul dalam rangka Haflatul Imtihan Madrasah Diniyah Al-Anwari ini dengan tanpa halangan apapun. Sholawat dan salam semoga tetap tercurah kepada Sang Legendaris Islam, Pembawa Obor Abadi, yakni Nabi Muhammad saw. Beliau yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam ilmiah, dari gelap menuju cahaya dengan adanya أَلدِّيْنُ الْإِسْلَامِ ini. Semoga kita diakui sebagai umatnya dan mendapat syafaat di hari kebangkitan nanti, آمين, آمين, آمين, يا ربّ العالمين . Hadirin-hadirat yang dirahmati Allah. Pada kesempatan kali ini saya akan berpidato dengan tema “Ayah”. Siapakah ayah itu? Masihkah dia ada di atas muka bumi ini membersamai kita, membersamai ibu kita? Mendidik kita?. Ayah adalah sosok hero dalam keluarga, imam bagi ibu kita. Nahkoda dalam sebuah keluarga. Yang di pundaknya terpikul amanah menjaga dan menafkahi kebutuhan keluara, kebutuhan ibu serta kita anak-anaknya. Meski dalam hadits riwayat Imam Bukhari-Muslim, ayah disebutkan sebagai urutan ke-4 dari ibu dalam hal berbakti, namun ketahuilah shobat bahwa itu bukan berarti kita harus mengesampingkan ayah. Tidak!. Justru kita juga harus berbakti dan turut memuliakannya. Adakah diantara kita yang bapaknya adalah seorang kuli bangunan? Seorang petani? Atau pekerja serabutan? Lihatlah mereka. Dikala pada umumnya kita nyenyak tidur siang/pergi bersekolah, mereka rela panas-panasan, banting tulang. Pun jika mungkin ada yang ayahnya berprofesi sebagai pekerja kantoran. Tidak hanya siang bahkan kadang lembur sampai malam. Tak sedikit seorang ayah yang waktunya tersita karna kerja siang-malam. Berangkat saat kita masih nyenyak tidur dan kembali pulang saat kita sudah pulas tidur. Semua beliau lakukan demi kita. Agar kita seperti anak lainnya, memiliki uang saku untuk sekolah, dapat membeli seragam, pakaian, makanan, jajan ataupun mainan yang kita suka. Sungguh perjuangan ayah tiada batasnya, meski mungkin kasih ayah tak selembut kasih ibu, tetapi kasih sayang ayah kepada kita tak kalah dengan kasih sayang ibu kepada kita. Kodratnya yang tegas mendidik kita dengan caranya, agar kita menjadi insan yang lemah, tegar dan kuat dalam menghadapi kerasnya kehidupan jika kelak kita telah dewasa. Oleh karenanya selagi ayah kita masih ada, atau mungkin teruntuk kita yang ayahnya sudah dipanggil Yang Maha Kuasa. Bagaimanapun sikap beliau kepada kita, sebagai seorang anak sudah seharusnya kita tetap berbakti dan mendoakan beliau. Bukan karena ayah semata kita melakukannya, tetapi karena berbakti adalah perintah Allah swt. Hadirin-hadirat yang dirahmati Allah. Marilah sejenak kita menyanyikan sedikit lagu persembahan untuk ayah untuk mengingat jasa beliau kepada kita. (Lagu 1: Terima Kasih Ayah By Opick) Waktu begitu cepat berlalu, mengiring langkah dalam cerita. Terbayang wajahmu dalam hatiku, kau adalah kisah yang terindah. Tajamnya matamu, tenangkan hati. Luka hidupmu kau bawa sembunyi. Hangatnya sentuhmu yang penuh cinta. Kau adalah bintang dalam hatiku. Dalam lelahmu masih kau tersenyum. Dalam duka kau belai aku. Dalam sempitmu ajarkanku tegar. Allah selalu bersamamu. Oh Allah selalu bersamamu. (Lagu 2: Ayah By Rinto Harahap) Dimana... akan kucari, aku menangis seorang diri Hatiku, selalu ingin bertemu, untukmu.. aku bernyanyi... Untuk ayah tercinta, aku ingin bernyanyi walau air mata di pipiku Ayah, dengakanlah. Aku ingin berjumpa walau hanya dalam mimpi. Hadirin-hadirat yang dirahmati Allah. Cukup sekian yang dapat saya sampaikan. Semoga dapat bermanfaat. Manakala ada tuturkata/penyampaian yang luput/kurang berkenan di hati saya mohon dimaafkan. Akhirkata, terima kasih atas segala perhatian. وَاللهُ الْمُوَفِّقْ إِلَى أَقْوَامِ الطَّرِيْقِ. والسّلام عليكم ورحمة الله وبركاته.
Langganan:
Postingan (Atom)